MAKALAH
JENIS TEORI BELAJAR
Mata Kuliah: Menulis Buku Teks 2
Dosen Pengajar :Dr. Noor Cahaya, M.Pd

2016-03-21-17-31-36--1819060462.png
Disusun Oleh kelompok 4

Debi Sugiawati A1B115201
Muhammad Rafi A1B115215
Ikhwannudin Abdilah AB115212




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017



KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang membahas Tentang Teori Belajar meskipun bentuknya sangat jauh dari kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW Sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari  alam  kegelapan menuju alam yang terang benderang. 
Dan juga kami berterimakasih kepada ibu Dr. Noor Cahaya, M,Pd selaku dosen mata kuliah Menulis Buku Teks 2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat dipergunakan dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kepada pembaca. kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna baik untuk  kami  maupun bagi orang lain yang membacanya.

     
                                                                                                 Penyusun




i




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
Teori Belajar ...................................................................................................1
Behaviorisme ............................................................................................1
Kongnitivisme ..........................................................................................2
Konstruktivisme ........................................................................................5
PENUTUP .................................................................................................................7
Simpulan .........................................................................................................7
DAFTAR FUSTAKA ................................................................................................8















PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
          psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
          Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.  Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

B.      Rumus Masalah
a.       Apa yang di maksud dengan behaviorisme?
b.      Apa yang di maksud dengan kongnitivisme?
c.       Apa yang di maksud dengan konstruktivisme?

C.     Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas untuk mengetahui:
a.       Behaviorisme
b.      Konitivisme
c.       konstruktivisme


PEMBAHASAN

A.     Teori belajar
     Sudah lam apara ahli psikologi  mengamati, mempelajari, dan melakukan penelitian bagaiman sesungguhnya manusia belajar. Penelitian yang dilakukan menghasilkan berbagai teori yang kalau dikategorikan dapat dikelompokkan  ke dalam tiga. Aliran/paham besar, yakni: (1) behaviorisme (2) kongnitivisme  dan (3) konstruktivisme. Masing-masing aliran melakukan opendekatan yang berbeda sehingga menghasilkan teori dan model belajar yang berbeda pula.  Namun, perlu dipahami bahwa sungguhpun aliran dan teori itu berbeda, satu sam lain saling melengkapi. Teori beljar berikut ini diawali dengan behaviorisme kemudian kongtivisme, dan terakhir konstruktivisme.

1.      Behaviorisme
 Teori behaviorisme berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang menetap sebagai hasil dari pengalaman. Penekanan teori belajar menurut paham ini adalah perubahan perilaku yang nyata dan dapat diukur, sedangkan pengalaman yang dimaksud adalah proses pemberian rangsangan (stimulus) dari yang membelajarkan dan tanggapan (respons) dari yang belajar. Rangsangan yang dimaksud dapat dalam bentuk bahan pelajaran tanggapan, yaitu perubahan perilaku yang beljar memenuhi tujuan beljar yang dirumuskan sebelumnnya.
            Perubahan perilaku dalam aliran behaviorisme dapat terjadi melalui trial and error.  Guru memberikan masalah untuk dipecahkan dan siswa melalui berbagai cara yang dicoba-coba berusaha menemukan cara yang tepat menyelesaikan masalah itu. Agar proses beljar memperhatikan kemampuan dan gaya belajar siswa, guru tidak melakukan pembatasan dan banyal intervensi terhadap siswa dalam mencari cara pemecah masalah. Belajar berbasis masalah merupajan salah satu bentuk belajar yang didasari oleh teori ini.





            Dalam bentuk lain, teori belajar aliran behaviorisme ini  dipakai untuk tujuan belajar yang memberikan pembatasan perilaku siswa terhadap rangsangan yang diberikan. Misalnya,  dalam olahraga, terdap aturan-aturan yang membatasi perilaku siswa. Contoh lain, dalam mata pelajaran keterampilan yang bersifat prosedural, siswa harus mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan dan tidak boleh membuat perubahan.
            Menurut teori belajar behaviorisme, retensi perubahan perilaku dalam proses belajar dipengaruhi oleh penguatan yang diterima oleh siswa. Penguatan itu dapat berupa umpan balik dari perubahan perilaku itu sendiri, seperti manfaat/hasil positif
atau kerugian/hasil negatif yang diperboleh. Semakin tinggi manfaat atau kerugian yang didapatkan siswa semakin lama/menetap perubahan perilakunya. Umpan balik ini mempengaruhi motivasi belajar siswa. Perubahan perilaku yang memberikan makna positif meningkatkan motivasi  siswa untuk belajar.
            Oleh karena ciri belajar menurut teori ini terlihat dalam perubahan perilaku, maka tujuan belajar dirumuskan secara jelas, spesifik, dan terukur. Ciri tujuan belajar
menurut teori ini menyebutkan pelaku yang belajar (audience), perilaku yang dikehendaki (behaviour), dalam kondisi seperti apa (condition), kualitas perilaku yang dikehendaki (degree). Urutan ciri tersebut dapat bervariasi, tidak selalu ABCD. Berikut ini adalah contoh rumusan tujuan belajar berdasarkan teori behaviorisme.
a.       Sesudah mempelajari pokok bahasan ini (C), siswa (A) dapat menyebutkan nama-nama ibu kota provinsi di Indonesia  (B) dengan tepat (D).
b.      Siswa  (A) dapat menggunakan program excel (B) tanpa salah (D) setelah mempelajari petunjuk yang diberikan (C) .
c.       Setelah membaca cerita berikut (C), siswa (A) akan membuang sampah di tempat yang disediakan (B) secara benar (D).

2.      Kongnitivisme
            Berbeda dengan teori belajar behaviorisme, teori belajar kongnitivisme  menganggap bahwa proses belajar akan terjadi apabila disesuaikan dengan tingkat






perkembangan fisik dan mental yang belajar. Oleh karena itu, ahli teori ini membagi tahao perkembangan itu dari berbagai aspek. Jean Piagat membagi tahap perkembangan kongtif manusia berdasarkan usia menjadi lima tahap, Lawrence Kholbreg membagi tingkat perkembangan kongnitif moral manusia berdasarkan perkembangan moral menjadi enam tahap tanpa mengaitkannya dengan usia, James Fowler membagi tahap perkembangan manusia berdasarkan perkembangan keyakinan beragama tanpa mengaitkannya dengan usia. Ahli teori kongnitivisme ini berpendapat bahwa tingkat perkembangan manusia itu menentukan proses dan hasil belajar. Misalnya, menurut teori Piagat, konsep-konsep abstrak tidak bisa dipahami oleh anak yang baru berusia 4-7 tahun, karena taraf  berpikir anak dalam rentang usia itu baru pada tahap konsep-konsep konkret. Anak memahami konsep abstrak pada usia 11-15.
            Berbeda dengan ahli teorikongnitivisme yang lainnya, LevVygotsky berpendapat bahwa tingkat perkembangan kongnitif manusia berdasarkan usia seperti yang dikemukakan Piagat atau berdasarkan kriteria lain, tidak bisa digunakan secara kaku. Dikaitkan dengan proses belajar, ia berpendapat perlu menetapkan dua tingkat perkembangan yang berbeda: tingkat perkembangan yang sebenarnya (aktual) dan zona perkembangan proksimal (zone of proximal development, ZPD).
QTingkat perkembangan yang sebenarnya adalah  menurut usia tentu, tetapi anak bisa mempelajari sesuatudi atastingkat perkembangan kongnitif berdasarkan usia itu dengan bantuan orang lain atau lingkungan belajar. Wilayah perkembangan kongnitif di atas tingkat perkembangan kongnitif berdasarkan usia itu, disebut Vygotsky sebagai zone perkembangan proksimal (ZPD). Pendapat Vygotsky ini disebut juga teori perkembangan sosial. Anak dapat belajar dengan berinteraksi dengan sumber belajar yang berupa orang, pesan, bahan, alat, dan lingkungan. Teori ini dianggap merupakan penghubung antara paham behaviorisme dan kongnitivisme.
            Teori kongnitivisme menjelaskan bagaimana manusia belajar berdasarkan tingkat perkembangan kongnitifnya. Walaupun terdapat perbedaan para ahli kongnitivisme dalam menjelaskan manusia belajar, terdapat prinsip-prinsip yang






sama. Pertama, menurut teori ini ada keterbatasan kemampuan manuasia belajar
sesuai dengan tingkat perkembangan kongnitifnya. Kedua, bahan belajar yang disesuaikan dengan perkembangan kongnitifnya akan membantu manusia belajar.
            Teori belajar kongnitivisme ini dapat dijadikan pedoman untuk pengembangan kurikulum dan buku teks pelajaran yang diterapkan menyusun dan membuat urutan kompetensi pada setiap mata pelajaran dengan memperhatikan tingkat perkembangan kongnitif siswa sehingga memudahkannya dalam mempelajari dan memahaminya. Teori ini juga membantu guru dalam menentukan, membuat urutan, dan penyajian materi pokok sehingga memudahkan siswa memahaminya.

3.      Konstruktivisme
Aliran konstruktivisme tidak sependapat dengan aliran behaviorisme yang menyatakan bahwa proses belajar terjadi secara otomatis dan spontan. Juga aliran ini tidak menyetujui pendapat aliran kongnitivisme yang mendasarkan belajar atas dasar perkembangan kongnitif. Aliran konstruktivisme berpendapat bahwa belajar adalah bersifat aktif dan pengetahuan diperoleh dengan membangun informasi yang diperoleh. Pengetahuan bukaan diberikan dan diterima, tetapi dibangun secara aktif dan kontekstual. Orang secara kreatif membangun atau  menciptakan pengetahuan baru tentang sesuatu dikaitkan dengan pengetahuan, pengalaman sebelumnya, hipotesis atau asumsinya yang bersifat subjektif tentang suatu fenomena yang bersifat objektif. Konstruktivisme merupakan filsafat belajar yang didasarkan pada teori bahwa manusia refleksi atas pengalamannya.
            Atas landasan berpikir seperti yang telah diuraikan, konstruktivisme berpendapat bahwa belajar adalah proses menggunakan dan menyesuaikan model berpikir menanggapi pengalaman baru. Oleh karena it, dalam proses belajar, siswa perlu berperan aktif dalam memperoleh pengalaman baru melalui komunikasi dan
interaksi atas pengalaman dan informasi yang diperoleh untuk membangun atau menciptakan pengetahuan baru. Atas dasar paradigma belajar yang demikian, maka






muncullah teori dan model belajar, seperti discovery learning problem based learning, experiential learning, contextual learning, cooperative learning, dan colaborative learning.
            Dalam menanggapi pengalaman baru, orang menggunakan pengalamn dan pengetahun sebelumnya serta menerapkan model berpikir yang dimilikinya. Dihubungkan dengan proses belajar, pengetahuan yang sudah dimiliki memudahkan dalam memahami dan menanggapi pengetahuan yang baru ddikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Dalam membangun pengetahuan baru diperlukan pengalamn langsung dalam konteks sosial yang sesungguhnya (primary experience), pegalaman  sekunder dengan menggunakan media lain, seperti video dan simulasi (secondary experience), pengalaman dengan meningkat kembali pengalaman nyata yang sudah lewat (recalling experience), dan pengalaan yang direkayasa, seperti bermain peran simulasi (artificial experience) (Jarvis, 2003: 54-57).
            Model-model belajar yang didasarkan pada aliran konstruktivisme memberikan kemampuan kepada siswa mengidentifikasi informasi yang diperlukan, menentukan sumber informasi yang relavan menjadi pengetetahuan baru  secara menyajikan sistematis dan logis. Kemampuan ini diperlukan tidak hanya untuk belajar  di sekolah, tetapi terutama  dalam memperhatikan di luar lembaga pendidikan.
















PENUTUP
A.    Simpulan
            Teori belajar dapat berkembang dari masa kemasa. Sungguhpun demikian, berdasarkan paradigma yang mendasarinya, teori belajar dapat di kelompokkan ke dalam aliran behaviorisme, kongnitivisme, dan konstruktivisme. Ketiga aliran sependapat bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku dan hasil belajar adanya perubahan perilaku. Behaviorisme berpendapat bahwa perubahan belajar dapat di lakukan secara otomatis dan apontan melalui mekanisme stimulus dan respons, sedangkan kongnitivisme berpendapat bahwa perilaku berkaita dengan tahapan perkembangan kognitif.  Sementara itu, konstruktivisme  beranggapan bahwa perubahan perilaku terjadi dengan adanya usaha aktif  membentuk dan menunjukan perubahan perilaku baru sebagai hasil  atas perolehan pengalaman dan pengetahuan   yang, sudah dimiliki sebelumnya.





















DAFTAR FUSTAKA

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/
Sitepu, Bintang P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT  Remaja Rosdakarya


Komentar

  1. Rafika Maunayulia
    A1B115040 kelompok 5
    Dewasa ini, pemerintah sudah memberlakukan kurikulum 2013 dimana pembelajarannya berpusat kepada siswa itu sendiri dan dalam pelaksanaannya, yang saya lihat, guru terlihat sekali canggung saat proses pembelajaran berlangsung. Malahan ada yang berpikiran bahwa di K13 ini para guru sama sekali tidak berperan dalam proses pembelajaran. Padahal seperti yang kita sudah pelajari sebelumnya bahwa K13 sama sekali tidak menghilangkan peran guru dalam proses pembelajaran. Hanya saja tugas guru menjadi lebih ringan karena dibantu oleh K13 yang menerapkan pendekatan scientific dimana pembelajarannya berpusat di siswa dan guru sebagai "teman" atau fasilitator saat berdiskusi. Menurut saudara, adakah cara kita sebagai calon pendidik muda untuk memperbaiki keada tersebut? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya Debi Sugiawati (A1B115201)
      akan menjawab pertanyaan dari saudari Rafika
      guru supaya tidak canggung saat proses pembelajaran buatlah persiapan yang matang. gunakan metode yang menyenangkan untuk siswa, berikan yang terbaik. jangan meninggalkan kesan membuat siswa bosan dengan kehadiran kita. jadilah guru yang memang menjadi seorang pendidik bukan hanya menjadi pengajar saja.

      Hapus
  2. Assalamualaikum wr.wb
    Saya Devi Arianty (A1B115204)perwakilan dari kelompok 3
    Yang ingin saya tanyakan disini adalah jika nanti kalian menjadi seorang pengajar maka dari 3 jenis teori pembelajaran tersebut yang mana yang akan lebih kalian terapkan agar suatu pembelajaran di kelas tersebut menjadi lebih efektif. Kemudian menurut kalian apakah menggunakan jenis teori pembelajaran itu saja sudah cukup dalam melaksanakan suatu pembelajaran di kelas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya ikhwanudin abdillah akan menjawab pertanyaan dari devi arianty. Jika nanti saya menjadi seorang guru saya akan menggunakan teori kongnitivisme, karena menurut saya teori kongnitivisme itu sangat efektif di bandingkan teori yang lain, karena teori kongnitivisme mengajarkan kepada siswa agar lebih aktif secara mental untuk membangun struktur pengetahuannya.Dan menurut saya kita sebagai seorang guru alangkah baiknya tidak hanya menggunakan satu teori saja kadang2 hal yang kita yakini itu belum tentu dapat di pahami oleh seorang siswa jadi lebih baiknya kita juga harus bisa memahami teori-teori yang lain demi memperlancar proses belajar mengajar bagi para siswa itu sendiri.

      Hapus
  3. Assalamualaikum wr.wr saya Ridha Kusumawati (A1B115220) saya ingin bertanya,dalam teori kognitivisme dikatakan bahwa proses belajar di sesuaikan dengan perkembangan fisik dan mental individual,sedangkan perkembangan fisik dan mental setiap orang berbeda-beda ,bagaimana cara menyesuaikan proses belajar setiap orang yg berbeda-beda dengan teori kognitivisme tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya Muhammad Rafi
      Ingin menjawab pertanyaan dari Ridha KusumawatiTeori kongnitivisme menjelaskan bagaimana manusia belajar berdasarkan tingkat perkembangan kongnitifnya. Walaupun terdapat perbedaan para ahli kongnitivisme dalam menjelaskan manusia belajar, terdapat prinsip-prinsip yang sama. Pertama, menurut teori ini ada keterbatasan kemampuan manuasia belajar
      sesuai dengan tingkat perkembangan kongnitifnya. Kedua, bahan belajar yang disesuaikan dengan perkembangan kongnitifnya akan membantu manusia belajar.
      Teori belajar kongnitivisme ini dapat dijadikan pedoman untuk pengembangan kurikulum dan buku teks pelajaran yang diterapkan menyusun dan membuat urutan kompetensi pada setiap mata pelajaran dengan memperhatikan tingkat perkembangan kongnitif siswa sehingga memudahkannya dalam mempelajari dan memahaminya. Teori ini juga membantu guru dalam menentukan, membuat urutan, dan penyajian materi pokok sehingga memudahkan siswa memahaminya.

      Hapus
  4. Assalamu'alaikum. Nama saya Sriyanti (NIM : A1B115223) perwakilan kelompok 6, ingin bertanya bagaimana menurut kalian mengenai 3 aliran di atas? Dan apakah penerapan di sekolah sudah efektif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya 3 aliran teori pembelajaran di atas sudah sangat baik untuk menunjang proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Karena, masing-masing dari teori tersebut sudah mempunyai fungsinya tersendiri agar dapat membantu para siswa dalam proses pembelajaran. Dan apakah ke tiga teori diatas sudah efektif, menurut saya belum.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RANCANGAN BUKU TEKS

KELOMPOK 5 "Aspek-aspek Penilaian dalam Buku Teks"

Kelompok 1